Berawal dari Seattle, Amerika Serikat, kini Starbucks memiliki gerai di
lebih dari 60 negara. Jaringan kedai kopi internasional ini pertama
berekspansi ke Asia pada 1996. Cabang pertamanya di Jepang adalah lokasi
pertama Starbucks di luar Amerika Utara.
Di Tokyo, Jepang, Starbucks selalu penuh setiap harinya, terutama pukul
15:00-19:00. Di sini, secangkir latte ukuran kecil bisa dinikmati dengan
membayar 320 yen (Rp 37.000). Sebagai salah satu kota dengan biaya
hidup tertinggi di dunia, wajar bila harganya lebih mahal dibanding
tempat asalnya di Amerika Serikat, yakni $2.75 (Rp 31.000).
Namun, yang mengejutkan adalah harga latte Starbucks di China yang lebih
mahal dibanding di Jepang maupun AS, yakni 27 yuan (Rp 50.000).
Padahal, negara ini dikenal akan biaya produksinya yang rendah, sehingga
China sering menjadi pusat produksi dunia.
Biaya bahan-bahan dan tenaga kerjanyapun jauh lebih rendah dibanding
negara-negara lain tempat Starbucks beroperasi. Analis berspekulasi
bahwa kenaikan harga Starbucks terhadap produk-produknya di China lebih
tinggi dibanding di pasar lain. Bahkan bisa mencapai 16 kali margin
keuntungan di Eropa!
Media di China mulai mempertanyakan praktik ini dan menyebutnya
'pengambilan untung besar-besaran'. Bagaimana Starbucks bisa bertahan,
bahkan berkembang pesat di China dengan harga semahal itu?
Menurut Econ 101, barang-barang non pokok seperti kopi gourmet dijual
senilai harga yang orang-orang mau bayarkan. Strategi harga tinggi ini
bisa jadi diterapkan karena terkadang harga mahal menyiratkan kesan
bahwa kualitasnya lebih baik atau memberikan status lebih tinggi bagi si
pembeli.
"Dengan memasang harga tinggi, Anda memperkuat persepsi bahwa produk
Anda adalah barang premium. Dalam kasus Starbucks, konsumen jadi merasa
bahwa 'minum kopi di Starbucks menunjukkan bahwa saya menghargai hal-hal
mewah dalam hidup' atau 'saya berbeda dengan orang lain'. Bagi sebagian
orang, perasaan tersebut memberi rasa puas," ujar salah satu ahli
branding.
Kunci kesuksesan Starbucks adalah memberikan nilai yang cukup untuk
menyetarakan harganya yang mahal dalam pikiran pelanggan. Selain
menciptakan atmosfer yang trendi dan menenangkan di semua gerainya,
Starbucks China juga menawarkan layanan seperti 'Kelas Kopi' di
cabangnya di Shanghai.
Kelas ini tersedia untuk grup berisi 3-4 orang, di mana pengajarnya akan
menjelaskan tentang berbagai jenis kopi yang ditawarkan Starbucks.
Selain membantu pelanggan menemukan campuran kopi yang paling cocok
dengan lidah mereka, kelas ini juga membantu mendorong citra budaya kopi
berkelas yang dipromosikan Starbucks.
Situs Rocket News 24 (11/10/13) berpendapat bahwa kelas ini juga
memberikan 'pesan tersembunyi' bahwa tempat terbaik untuk menikmati kopi
adalah di Starbucks China yang memiliki hampir 1.000 cabang.
Sumber: http://food.detik.com/read/2013/10/16/130330/2386908/297/mengapa-kopi-starbucks-di-china-lebih-mahal-daripada-di-jepang-dan-amerika?d991101284
Tidak ada komentar:
Posting Komentar